Senin, 11 Oktober 2010

Arti Tulisanmu (Pendahuluan)

Dulu zaman kuliah, aku pernah dikenalkan suatu cabang ilmu dalam mengidentifikasi tulisan dan karakter seseorang. Ilmu itu disebut juga sebagai Grafologi. Berasal dari bahasa Yunani, Graph yang berarti tulisan dan Ology yang berarti ilmu. Tokoh psikologi yang mengembangkan ilmu ini bernama Gordon Allport, ia mulai mengembangkan grafologi pada tahun 1930, di klinik psikologi Harvard.

Walaupun pada masa perkembangan psikologi kekinian Grafologi dianggap sebagai suatu ilmu yang kurang reliable, karena sulit dipastikan standar interpretasinya atau dalam kata lain sulit ditemukan nilai keilmiahannya. Namun dibelahan benua eropa, beberapa universitas yang terdapat jurusan psikologi masih ada yang mengadakan kurikulum khusus mengenai ilmu ini dengan suatu alasan memperkaya wawasan pengembangan ilmu psikologi dalam bidang grafis.

Bahkan di Indonesia sendiri masih ilmu grafologi ini masih banyak ditekuni dan dipercayai sebagai perwakilan karakter manusia. Contoh dalam dunia psikologi industry, grafologi digunakan dalam proses recruitment calon pegawai, biasanya para personalia, HRM, atau HRD menggunakan tulisan tangan para calon pegawai dalam rangka mengidentifikasi karakter dasar mereka. Pengembangan aplikasi ilmu ini, tidak hanya dipelajari oleh para psikolog atau lulusan sarjana psikologi semata, siapapun dapat mempelajari ilmu ini jika tertarik. Hanya untuk menjadi seorang professional diperlukan waktu yang lama dalam menekuninya.
Terlepas dari penggunaannya, hingga saat ini aku sendiri masih meneliti mengapa grafologi ini diragukan tingkat ke-ilmiahannya. Padahal jika diamati dengan seksama, grafologi ini tidak berbeda dengan Tes Grafis dalam ilmu psikologi. Tes Grafis merupakan tes menggambar, biasanya tes ini disertakan dengan alat-alat tes lain yang satu sama lain saling menunjang atau disebut juga sebagai Battery alat Tes. Perbedaan dari grafologi dan grafis terletak dari apa yang dituangkannya, jika dalam tes grafis itu berupa gambar, sedang dalam grafologi itu berupa tulisan. Menurutku keduanya sama-sama simbol dari alam bawah sadar manusia, hanya penuangannya saja yang berbeda.

Dalam interpretasinya, tes Grafis memiliki beberapa patokan dasar dari hasil pengujian ilmiah tokoh-tokoh ternama. Begitu juga dengan wujud gambar-gambarnya. Seringkali beberapa patokan itu dijadikan sebagai dasar kepastian atau kecenderungan dalam menentukan karakter manusia, hal itu lah yang membuatnya menjadi lebih reliable dan scientific. Sedang Grafologi, patokan standar itu tidak ada, disebabkan penelitian secara ilmiah kurang dilakukan. Patokan atau dasar interpretasi hanya berdasarkan penelaahan nenek moyang yang diturunkan secara turun-menurun. Sampai kemudian Gordon Allport melakukan penelitian kembali terhadap nilai-nilai bersejarah dari interpretasi grafologi ini. Ditemukanlah beberapa bahkan banyak hal yang ternyata sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai ilmiah. Sayangnya grafologi ini tidak lagi banyak dilakukan penelitian lanjutan, untuk penyebabnya aku sendiri masih melakukan pencarian data.

Dalam penelaahanku, grafologi ini sulit dipastikan arah interpretasinya, karena perkembangan mental manusia seringkali menjadikan karakternya ikut berkembang secara dinamis, dan hal itu juga bisa merubah tulisannya. Sebagai contoh aku mengenal tulisan seorang teman SMA ku, karakter tulisannya cenderung miring ke arah kiri yang biasanya dalam grafologi diartikan sebagai perwujudan karakter seorang yang agak tergantung akan orang lain, pemalu, kurang percaya diri, bahkan bisa dianggap sebagai pribadi yang tertutup. Setelah beberapa tahun tidak berjumpa, ia sempat menulis sebuah pesan dengan tulisan tangan untukku, kali ini tulisannya sudah berubah menjadi tegak bahkan sedikit ada beberapa huruf yang cenderung miring ke arah kanan, dalam grafologi temanku tersebut mulai berkembang menjadi seorang yang percaya diri dan mandiri.

Bagiku hal tersebut bukan merupakan penyimpangan dari interpretasi grafologi melainkan hal tersebut adalah pengembangan dari karakter manusia. Dasar pemikirannya begini, secara logika temanku tersebut mengalami pertambahan usia, dalam penambahan usianya tentu saja ia telah banyak pengalaman lebih dari terakhir kita berjumpa, pengalaman itu membuatnya kaya akan pengetahuan kehidupan dan membuat kepribadiannya yang dulu pemalu, tertutup, kini berkembang lebih terbuka dan percaya diri. Bisa diartikan perubahan tulisannya mengikuti karakternya yang juga ikut berubah.
Maka dari itu, menurutku ke-kurang reabilitasan grafologi itu bisa disebabkan karena grafologi tidak dapat meramalkan dua hal, yang pertama karakter dasar yang tidak bisa berubah dan yang kedua adalah arah perkembangan kepribadian seseorang. Namun jika dipelajari dengan lebih serius, kerumitan dalam menentukan keduanya, bisa diinterpretasikan dengan lebih pasti.

Baiklah…ini artinya aku perlu untuk mendalami grafologi dengan lebih seksama agar pengetahuan mengenai interpretasiku bisa lebih dikuatkan. Jika ada yang tertarik untuk ikut mempelajarinya, atau berniat mengajariku. Dengan senang hati aku bersedia. Terima kasih 

Tidak ada komentar: